September 22, 2012

Annabiy Shollu Alaih

Annabiy Shollu 'Alaihi
Sholawatullahi 'Alaihi
Wayam Na'ul Barokah
Kulluman Sholla 'Alaihi

Annabiy Shollu 'Alaihi
Sholawatullahi 'Alaihi
Wayam Na'ul Barokah
Kulluman Sholla 'Alaihi

Annabiy Ya Hadhirin 'Ilamu 'Ilmal Yakin
Annabiy Ya Hadhirin 'Ilamu 'Ilmal Yakin
Annarobbal 'Alamiin Faradhosholawatullahi 'Alaihi

Annabiy Shollu 'Alaihi
Sholawatullahi 'Alaihi
Wayam Na'ul Barokah
Kulluman Sholla 'Alaihi

Annabiy Ya Manhadhor Annabiy Khoirul Basyar
Annabiy Ya Manhadhor Annabiy Khoirul Basyar
Mandana Lahul Qomar Wanazal Salam 'Alaihi

Annabiy Shollu 'Alaihi
Sholawatullahi 'Alaihi
Wayam Na'ul Barokah
Kulluman Sholla 'Alaihi

Annabiy Shollu 'Alaihi
Sholawatullahi 'Alaihi
Wayam Na'ul Barokah
Kulluman Sholla 'Alaihi

Annabiy Dzakal 'Aruus Dzikruhu Yuhyi Nufuus
Annabiy Dzakal 'Aruus Dzikruhu Yuhyi Nufuus
Annashoro Wal Majus Aslamu Baina Yadaihi

Annabiy Shollu 'Alaihi
Sholawatullahi 'Alaihi
Wayam Na'ul Barokah
Kulluman Sholla 'Alaihi

Alhasan Tsumal Husain Linnabi qurrotul 'Aini
Alhasan Tsumal Husain Linnabi qurrotul 'Aini
Nuruhum Kalkaukabain Jadduhum Shollu 'Alaihi

Annabiy Shollu 'Alaihi
Sholawatullahi 'Alaihi
Wayam Na'ul Barokah
Kulluman Sholla 'Alaihi

Annabiy Shollu 'Alaihi
Sholawatullahi 'Alaihi
Wayam Na'ul Barokah
Kulluman Sholla 'Alaihi

Shalawat Tarhim


Syair Shalawat Tarhim
Ash-shalâtu was-salâmu ‘alâyk
Yâ imâmal mujâhidîn yâ Rasûlallâh
Ash-shalâtu was-salâmu ‘alâyk
Yâ nâshiral hudâ yâ khayra khalqillâh
Ash-shalâtu was-salâmu ‘alâyk
Yâ nâshiral haqqi yâ Rasûlallâh
Ash-shalâtu was-salâmu ‘alâyk
Yâ Man asrâ bikal muhayminu laylan nilta mâ nilta wal-anâmu niyâmu
Wa taqaddamta lish-shalâti fashallâ kulu man fis-samâi wa antal imâmu
Wa ilal muntahâ rufi’ta karîman
Wa ilal muntahâ rufi’ta karîman wa sai’tan nidâ ‘alaykas salâm
Yâ karîmal akhlâq yâ Rasûlallâh
Shallallâhu ‘alayka wa ‘alâ âlika wa ashhâbika ajma’în


Artinya
Shalawat dan salam semoga tercurahkan padamu
duhai pemimpin para pejuang, ya Rasulullah
Shalawat dan salam semoga tercurahkan padamu
duhai penuntun petunjuk Ilahi, duhai makhluk yang terbaik
Shalawat dan salam semoga tercurahkan atasmu
Duhai penolong kebenaran, ya Rasulullah
Shalawat dan salam semoga tercurahkan padamu
Wahai Yang Memperjalankanmu di malam hari Dialah Yang Maha Melindungi
Engkau memperoleh apa yang kau peroleh sementara semua manusia tidur
Semua penghuni langit melakukan shalat di belakangmu
dan engkau menjadi imam
Engkau diberangkatkan ke Sitratul Muntaha karena kemulianmu
dan engkau mendengar suara ucapan salam atasmu
Duhai yang paling mulia akhlaknya, ya Rasulullah
Semoga shalawat selalu tercurahkan padamu, pada keluargamu dan sahabatmu



 Asal Usul Shalawat Tahrim
Shalawat ini pertama kali dipopulerkan di Indonesia melalui Radio Yasmara (Yayasan Masjid Rahmat), Surabaya pada akhir tahun 1960′an. Penciptanya adalah Shaikh Mahmoud Khalil Al Hussary, ketua Jam’iyyatul Qurro’ di Kairo, Mesir. Bagaimana asal mula ceritanya shalawat tarhim ini akhirnya bisa sampai ke Indonesia? Menurut Cak Nun Syaikh Al Hussary pernah berkunjung ke Indonesiamisi belum diketahui, mungkin dalam rangka study tourdan beliau ‘dibajak’ di Lokananta, Solo untuk rekaman shalawat tarhim ini. 

Syaikh Mahmoud Al-Hussary (1917-1980, محمود خليل الحصري) adalah ulama lulusan Universitas Al-Azhar dan merupakan salah satu Qâri’  (pembaca Quran) paling ternama di jamannya, sampai-sampai ia digelari Shaykh al-Maqâri (sing ahli qiroah). Syaikh Al-Hussary dikenal karena kepiawaiannya dalam membaca Qur’an secara tartîl. Ia mengatakan bahwa membaca Qur’an bukan semata-mata tentang irama (lagu) atau seni bacaannya, yang paling penting adalah tartîl: memahami bacaan Qur’an dengan baik dan benar, yaitu melalui studi kebahasaan (linguistik) dan dialek Arab kuno, serta penguasaan teknik pelafalan huruf maupun kata-perkata dalam Quran. Dengan begitu bisa dicapai tingkat kemurnian (keaslian makna) yang tinggi dalam membaca Al-Qur’an.

September 21, 2012

Ki Hajar Dewantara

Peringatan Hari Pendidikan ini diambil dari hari lahirnya tokoh pendidikan nasional yang menonjol sejak jaman pra kemerdekaan, Ki Hajar Dewantara atau yang bernama asli Soewardi Soerjaningrat. Pendidik kelahiran Yogyakarta, 2 Mei 1889 yang wafat pada 26 April 1959 ini adalah seorang pelopor pendidikan bagi kaum pribumi Indonesia pada jaman kolonial Belanda.

Dilahirkan sebagai bangsawan Jawa, Raden Mas Soewardi bertekad memperbaiki nasib kaum pribumi Jawa melalui jalur pendidikan. Diapun mendirikan perguruan Taman Siswa yang memberikan kesempatan bagi semua orang, terutama rakyat jelata. Maklumlah pada masa kolonial yang berhak memperoleh pendidikan hanyalah kaum priyayi bangsawan dan anak-anak orang Belanda saja.

Soewardi mendirikan Taman Siswa pada tahun 1922 di Yogyakarta. Institusi pendidikan ini kemudian menjadi tonggak sejarah yang penting dalam bidang pendidikan nasional.


Tulisan Ki Hajar Dewantara yang terkenal adalah "Seandainya Aku Seorang Belanda" (judul asli: Als ik eens Nederlander was), dimuat dalam surat kabar de Expres milik Dr Douwes ekker pada 1913 melambungkan namanya. Artikel ini ditulis dalam konteks rencana pemerintah Belanda untuk mengumpulkan sumbangan dari Hindia Belanda (Indonesia), yang saat itu masih belum merdeka, untuk perayaan kemerdekaan Belanda dari Perancis.


Kutipan tulisan tersebut antara lain: "Sekiranya aku seorang Belanda, aku tidak akan menyelenggarakan pesta-pesta kemerdekaan dinegeri yang kita sendiri telah merampas kemerdekaannya. Sejajar dengan jalan pikiran itu, bukan saja tidak adil, tetapi juga tidak pantas untuk menyuruh si inlandaer memberikan sumbangan untuk dana perayaan itu. Pikiran untuk menyelenggaraan perayaan itu saja sudah menghina mereka, dan sekarang kita garuk pula kantongnya. Ayo teruskan penghinaan lahir dan batin itu! Kalau aku seorang Belanda. Apa yang menyinggung perasaanku dan kawan-kawan sebangsaku terutama ialah kenyataan bahwa bangsa inlander diharuskan ikut mengkongsi suatu pekerjaan yang ia sendiri tidak ada kepentingan sedikitpun".

Beliau dikenal sebagai Menteri Pendidikan Indonesia yang pertama dan wajahnya bisa dilihat pada uang kertas pecahan Rp20.000. Nama beliau diabadikan sebagai salah sebuah nama kapal perang Indonesia, KRI Ki Hajar Dewantara. Selain itu, sampai saat ini perguruan Taman Siswa yang beliau dirikan masih ada dan telah memiliki sekolah dari tingkat sekolah dasar sampai perguruan tinggi.

Semboyan dalam pendidikan yang beliau pakai adalah: tut wuri handayani. Semboyan ini berasal dari ungkapan aslinya ing ngarsa sung tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani. Hanya ungkapan tut wuri handayani saja yang banyak dikenal dalam masyarakat umum.


Arti dari semboyan ini secara lengkap adalah: tut wuri handayani (dari belakang seorang guru harus bisa memberikan dorongan dan arahan), ing madya mangun karsa (di tengah atau di antara murid, guru harus menciptakan prakarsa dan ide), dan ing ngarsa sung tulada (di depan, seorang pendidik harus memberi teladan atau contoh tindakan baik). Semboyan ini masih tetap abadi dan dipakai dalam dunia pendidikan kita.Gagasan pendidikan dari Ki Hajar Dewantara masih terus relevan sampai pada jaman kemajuan teknologi sekarang ini. Jaman ketika banyak orang terbuai dengan teknologi yang canggih, sehingga melupakan aspek-aspek lain dalam kehidupannya, seperti pentingnya membangun relasi dengan orang lain, perlunya melakukan aktivitas sosial di dalam masyarakat, pentingnya menghargai sesama lebih daripada apa yang berhasil dibuatnya, dan lain-lain.

Dalam abad informasi ini, manusia tidak lagi bebas menumbuhkembangkan dirinya menjadi manusia seutuhnya dengan segala aspeknya. Keberadaan manusia pada zaman ini seringkali diukur dari “to have” (apa saja materi yang dimilikinya) dan “to do” (apa saja yang telah berhasil/tidak berhasil dilakukannya) daripada keberadaan pribadi yang bersangkutan (“to be” atau “being”nya).

Menurut Ki Hajar, dalam pendidikan perlu ditanamkan sejak dini bahwa keberadaan seorang pribadi, jauh lebih penting dan tentu tidak persis sama dengan apa yang menjadi miliknya dan apa yang telah dilakukannya. Sebab manusia tidak sekedar pemilik kekayaan dan juga menjalankan suatu fungsi tertentu.

Pendidikan yang humanis menekankan pentingnya pelestarian eksistensi manusia, dalam arti membantu manusia lebih manusiawi, lebih berbudaya, sebagai manusia yang utuh berkembang . Inilah yang menurut Ki Hajar Dewantara harus dikembangkan karena pendidikan juga menyangkut daya cipta (kognitif), daya rasa (afektif), dan daya karsa (konatif)). Singkatnya, “educate the head, the heart, and the hand !”

Ki Hajar Dewantara senantiasa melihat manusia lebih pada sisi kehidupan psikologiknya, karena manusia memiliki daya jiwa yaitu cipta, karsa dan karya. Pengembangan manusia seutuhnya menuntut pengembangan semua daya secara seimbang. Pengembangan yang terlalu menitikberatkan pada satu daya saja akan menghasilkan ketidakutuhan perkembangan sebagai manusia.

Beliau mengatakan bahwa pendidikan yang menekankan pada aspek intelektual belaka hanya akan menjauhkan peserta didik dari masyarakatnya. Dan ternyata pendidikan sampai sekarang ini hanya menekankan pada pengembangan daya cipta, dan kurang memperhatikan pengembangan olah rasa dan karsa. Jika berlanjut terus akan menjadikan manusia kurang humanis atau manusiawi.

Dari titik pandang sosio-anthropologis, kekhasan manusia yang membedakannya dengan makhluk lain adalah bahwa manusia itu berbudaya, sedangkan makhluk lainnya tidak berbudaya. Maka salah satu cara yang efektif untuk menjadikan manusia lebih manusiawi adalah dengan mengembangkan kebudayaannya. Persoalannya budaya dalam masyarakat itu berbeda-beda.

Ki Hajar Dewantara sendiri dengan mengubah namanya ingin menunjukkan perubahan sikapnya dalam melaksanakan pendidikan yaitu dari satria pinandita ke pinandita satria yaitu dari pahlawan yang berwatak guru spiritual ke guru spiritual yang berjiwa ksatria, yang mempersiapkan diri dan peserta didik untuk melindungi bangsa dan negara.

Bagi Ki Hajar Dewantara, para guru hendaknya menjadi pribadi yang bermutu dalam kepribadian dan kerohanian, baru kemudian menyediakan diri untuk menjadi pahlawan dan juga menyiapkan para peserta didik untuk menjadi pembela nusa dan bangsa. Dengan kata lain, yang diutamakan sebagai pendidik pertama-tama adalah fungsinya sebagai model atau figure keteladanan, baru kemudian sebagai fasilitator atau pengajar.

Oleh karena itu, nama Hajar Dewantara sendiri memiliki makna sebagai guru yang mengajarkan kebaikan, keluhuran, keutamaan. Pendidik atau Sang Hajar adalah seseorang yang memiliki kelebihan di bidang keagamaan dan keimanan, sekaligus masalah-masalah kemasyarakatan. Modelnya adalah Kyai Semar yang sukses menjadi perantara antara Tuhan dan manusia, mewujudkan kehendak Tuhan di dunia ini.

Sebagai pendidik yang merupakan perantara Tuhan maka guru sejati sebenarnya adalah berwatak pandita juga, yaitu mampu menyampaikan kehendak Tuhan dan membawa keselamatan. Manusia merdeka adalah tujuan dari pendidikan nasional kita. Merdeka baik secara fisik, mental dan kerohanian.

Suasana yang dibutuhkan dalam dunia pendidikan adalah suasana yang berprinsip pada kekeluargaan, kebaikan hati, empati, cintakasih dan penghargaan terhadap masing-masing anggotanya. Maka hak setiap individu hendaknya dihormati; pendidikan hendaknya membantu peserta didik untuk menjadi merdeka dan independen secara fisik, mental dan spiritual.

Pendidikan juga hendaknya tidak hanya sekedar mengembangkan aspek intelektual sebab akan memisahkan dari orang kebanyakan. Pendidikan hendaknya memperkaya setiap individu tetapi perbedaan antara masing-masing pribadi harus tetap dipertimbangkan. Pendidikan hendaknya memperkuat rasa percaya diri, mengembangkan hara diri. Setiap orang harus hidup sederhana dan guru hendaknya rela mengorbankan kepentingan-kepentingan pribadinya demi kebahagiaan para peserta didiknya.

Metode yang yang sesuai dengan sistem pendidikan ini menurut Ki Hajar adalah sistem among yaitu metode pengajaran dan pendidikan yang berdasarkan pada asih, asah dan asuh (care and dedication based on love).

Guru yang efektif memiliki keunggulan dalam mengajar (fasilitator); dalam hubungan (relasi dan komunikasi) dengan peserta didik dan anggota komunitas sekolah; dan juga relasi dan komunikasinya dengan pihak lain (orang tua, komite sekolah, pihak terkait); segi administrasi sebagai guru; dan sikap profesionalitasnya. Sikap-sikap profesional itu meliputi antara lain: keinginan untuk memperbaiki diri dan keinginan untuk mengikuti perkembangan zaman.

Maka penting pula membangun suatu etos kerja yang positif yaitu: menjunjung tinggi pekerjaan; menjaga harga diri dalam melaksanakan pekerjaan, dan keinginan untuk melayani masyarakat. Dalam kaitan dengan ini penting juga performance/penampilan seorang profesional: secara fisik, intelektual, relasi sosial, kepribadian, nilai-nilai dan kerohanian serta mampu menjadi motivator. Singkatnya perlu adanya peningkatan mutu kinerja yang profesional, produktif dan kolaboratif demi pemanusiaan secara utuh setiap peserta didik.

Rumusan Tujuan Pendidikan Nasional Republik Indonesia


Ki Hadjar Dewantoro

RUMUSAN TUJUAN PENDIDIKAN:

1. Pada UUD-1945
Dalam pembukaan undang-undang dasar 1945, sesudah menyatakan kemerdekaannya. Kemudian disebutkan: untuk memajukan kesejahtraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
2. Mentri PPK. Mr. Suwandi (1 Maret 1946) rumusannya berbunyi: Tujuan pendidikan membentuk patriotisme.
3. Pada UU No 4 Tahun 1950 jo undang-undang No 12 tahun 1954 bab II pasal 3 
disebutkan: tujuan pendidikan dan pengajaran membentuk manusia susila yang cakap dan warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab tentang kesejahtaraan masyarakat dan tanah air.
4. Pada ketetapan MPR No 2 tahun 1960: Tujuan pendidikan ialah mendidik anak kearah terbentuknya manusia yang berjiwa pancasila dan bertanggung jawab atas terselenggaranya masyarakat sosialis indonesia, yang adil dan makmur material dan spiritual.
5. Pada penetapan presiden No 19 tahun 1965: Tujuan pendidikan nasional kita, baik yang diselenggarakan oleh pemerintah ataupun swasta dari pendidikan pra sekolah sampai perguruan tinggi, supaya melahirkan warga negara sosialis indonesia yang susila yang bertanggung jawab atas terselenggaranya masyarakat sosialis indonesia, adil dan makmur, baik spiritual maupun material dan berjiwa pancasila.
6. Pada ketetapan MPRS No XXVII/MPRS/1966 Bab II pasal 3 disebutkan sebagai berikut: tujuan pendidikan ialah membentuk manusia pancasilais seperti berdasarkan ketentuan-ketentuan seperti yang dikehendaki oleh pembuakaan UUD 1945 dan isi UUD 1945.
7. Pada ketetapan MPR No IV/MPR/1973 (tentang GBHN) disebutkan sebagai berikut: tujuan pendidikan ialah membentuk manusia pembangunan yang berpancasila dan untuk membentuk manusia indonesia yang sehat jasmani dan rohani, memiliki pengetahuan dan keterampilan, dapat mengembangkan kecerdasan yang tinggi dan disertai budi pekerti yang luhur, mencintai bangsanya dan mencintai sesama manusia sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang termaktub dalam UUD 1945.
8. Pada ketetapan MPR No IV/MPR/1978 (tentang GBHN) disebutkan: pendidikan nasional bertujuan meningkatkan ketaqwaan terhadap tuhan yang maha esa, kecerdasan, keterampilan, mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian dan mempertebal semangat kebangsaan agar dapat menumbuhkan manusia-manusia pembangunan yang dapat membangun dirinya sendiri, serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa.
9. Pada ketetapan MPR No II/MPR/1983, pendidikan nasional bertujuan untuk meningkatkan ketaqwaan terhadap tuhan yang maha Esa, kecerdasan, dan keterampilan, mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian, dan mempertebal semangat kebangsaan dan cinta tanah air, agar dapat menumbuhkan manusia-manusi pembangunan yang dapat membangun dirinya sendiri dan bersama-sama bertanggung jawab dalam pembangunan bangsa.
10. Menurut ketetapan MPRS No II tahun 1960 yang berbunyi tujuan pendidikan ialah membentuk manusia yang pancasilais yang sejati berdasarkan ketentuan-ketentuan yang dikehendaki oleh pembukaan UUD 1945 dan isi UUD 1945.
11. UU No 2 1989: tentang tujuan pendidikan nasional yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan kehidupan manusia indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap tuhan yang maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, sehat jasmani dan rohani, kepribadian yana mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
12. Pasal 3 UU No 2 tahun 2003: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada tuhan yang maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.13. Pasal 31 ayat 5 tentang tujuan pendidikan nasional: pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menunjang tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia.

Motivasi

BAB I
LATAR BELAKANG

Pada masa globalisasi sekarang ini dan masa yang akan datang, kompetisi yang terjadi sudah bersifat global dibuktikan dengan adanya perubahan-perubahan kondisi ekonomi menyebabkan banyak organisasi dari bermacam-macam ukuran melakukan langkah restrukturisasi. Hal ini mendorong terjadinya perubahan paradigma organisasi dari tradisional menjadi modern. Kondisi ini harus benar-benar disadari dan dipersiapkan secara proporsional. Persiapan ini terutama pada kebutuhan faktor sumber daya manusia yang bermutu dengan kualifikasi yang sesuai.

Oleh karena itu, peningkatan kinerja sumber daya manusia (SDM) merupakan hal yang sangat penting di dalam usaha memperbaiki pelayanan kepada masyarakat, sehingga perlu diupayakan secara terus menerus dan berkesinambungan dalam menghadapi tuntutan masyarakat. Untuk menentukan hal ini perlu dicari faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja tersebut.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:770) kinerja diartikan sebagai: (1) sesuatu yang dicapai, (2) prestasi yang diperlihatkan, (3) kemampuan kerja. Snell SA (1992:329) menyatakan bahwa “kinerja merupakan kulminasi dari tiga elemen yang saling berkaitan, yakni keterampilan, upaya, bersifat eksternal”. Tingkat keterampilan merupakan bahan baku yang dibawa oleh seseorang menuju tempat kerjanya, seperti pengetahuan, kemampuan, kecakapan interpersonal serta kecakapan-kecakapan teknis. Tingkat upaya dapat digambarkan sebagai motivasi yang diperlihatkan oleh seseorang untuk menyelesaikan pekerjaan. Sedangkan kondisi-kondisi eksternal adalah tingkat sejauh mana kondisi-kondisi eksternal mendukung kinerja seseorang.

Tinggi rendahnya kinerja para pegawai dapat dipengaruhi beberapa faktor antara lain: “kemampuan dan kemauan kerja, fasilitas kerja yang digunakan, disamping itu juga tepat tidaknya cara yang dipilih perusahaan/instansi dalam memberikan motivasi kepada karyawan, dengan cara yang tepat dalam memotivasi karyawan untuk bekerja, semakin terlihat peningkatan produktivitas sesuai yang diharapkan oleh perusahaan”. (Sinungan, 2000:3). Pendapat tersebut mengatakan bahwa motivasi merupakan salah satu faktor penting yang dapat mempengaruhi peningkatan kinerja pengawai.

Motivasi merupakan kondisi dalam diri individu yang dapat mendorong atau menggerakkan individu tersebut untuk melakukan aktivitas – aktivitas tertentu guna mencapai tujuan. Motivasi juga bisa dikatakan sebagai rencana atau keinginan untuk menuju kesuksesan dan menghindari kegagalan hidup. Dengan kata lain motivasi adalah sebuah proses untuk tercapainya suatu tujuan. Seseorang yang mempunyai motivasi berarti ia telah mempunyai kekuatan untuk memperoleh kesuksesan dalam kehidupan..

Motivasi dapat berupa motivasi intrinsik dan ekstrinsik. Motivasi yang bersifat intrinsik adalah manakala sifat pekerjaan itu sendiri yang membuat seorang termotivasi, orang tersebut mendapat kepuasan dengan melakukan pekerjaan tersebut bukan karena rangsangan lain seperti status ataupun uang atau bisa juga dikatakan seorang melakukan hobinya. Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah manakala elemen elemen di luar pekerjaan yang melekat di pekerjaan tersebut menjadi faktor utama yang membuat seorang termotivasi seperti status ataupun kompensasi.



BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.1 Pengertian Motivasi

Pengertian motivasi telah banyak dikemukakan oleh beberapa penulis sesuai dengan tinjauan atau sudut pandang serta tujuan masing-masing. Menurut Mangkunegara (2005:P.61) “motivasi merupakan kondisi atau energi yang menggerakkan diri karyawan yang terarah atau tertuju untuk mencapai tujuan organisasi perusahaan”. Gibson (1995:P.185) motivasi merupakan kekuatan yang mendorong seseorang karyawan yang menimbulkan dan mengarahkan perilaku.

Sarwoto (1991:P.136) mengemukakan pengertian motivasi sebagai proses pemberian motif (penggerak) kerja kepada karyawan sedemikian rupa sehingga mereka bekerja dengan ikhlas demi tercapainya tujuan organisasi. Sedang menurut pendapat Hamalik (1993;P.72) “motivasi adalah suatu perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan”. Dengan kata lain motivasi adalah sesuatu yang menggerakkan orang.

Berdasarkan pengertian dari pendapat para ahli di atas maka disimpulkan bahwa motivasi sebagai energi untuk membangkitkan dorongan dari dalam diri pegawai yang berpengaruh, membangkitkan, mengarahkan dan memelihara perilaku berdasarkan lingkungan kerja. Jadi motivasi adalah dorongan dari diri pegawai untuk memenuhi kebutuhan yang berorientasi kepada tujuan individu dalam mencapai rasa puas, kemudian diimplimentasikan kepada orang lain untuk memberikan pelayanan yang baik pada masyarakat.

2.2 Beberapa Teori Motivasi

2.2.1 Teori Motivasi Abraham Maslow (1943-1970)


Abraham Maslow menyatakan bahwa manusia dimotivasi untuk memuaskan sejumlah kebutuhan yang melekat pada diri setiap manusia yang cenderung bersifat bawaan. Kebutuhan ini terdiri dari lima jenis dan terbentuk dalam suatu hirarkhi dalam pemenuhannya (hierarchy of needs). Kelima jenis kebutuhan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut.

Sumber: Hariandja, 2002:327

Kelima jenis kebutuhan yang melekat pada diri setiap manusia yang cenderung bersifat bawaan adalah sebagai berikut.

1. Kebutuhan fisik (physiological needs) yaitu kebutuhan ini berkaitan dengan kebutuhan yang harus dipenuhi untuk dapat mempertahankan diri sebagai makhluk fisik seperti kebutuhan untuk makanan, pakaian, dan kebutuhan rawagi lainnya;

2. Kebutuhan rasa aman (safety needs) yaitu kebutuhan ini berkaitan dengan kebutuhan rasa aman dari ancaman-ancaman dari luar yang mungkin terjadi seperti keamanan dari ancaman orang lain, ancaman bahwa suatu saat tidak dapat bekerja karena faktor usia, pemutusan hubungan kerja (PHK) atau faktor lainnya;

3. Kebutuhan sosial (social needs) yaitu kebutuhan ini ditandai dengan keinginan seseorang menjadi bagian atau anggota dari kelompok tertentu, keinginan untuk menjalin hubungan dengan orang lain, dan keinginan membantu orang lain;

4. Kebutuhan pengakuan (esteem needs) yaitu kebutuhan yang berkaitan tidak hanya menjadi bagian dari orang lain (masyarakat), tetapi lebih jauh dari itu, yaitu diakui/dihormati/dihargai orang lain karena kemampuannya atau kekuatannya. Kebutuhan ini ditandai dengan penciptaan simbol-simbol, yang dengan simbol itu kehidupannya dirasa lebih berharga. Dengan simbol-simbol seperti merek sepatu, merek jam dan lainnya merasa bahwa statusnya meningkat dan dirinya sendiri disegani dan dihormati orang; dan

5. Kebutuhan aktualisasi diri (self-actualization needs) yaitu kebutuhan yang berhubungan dengan aktualisasi/penyaluran diri dalam arti kemampuan/minat/potensi diri dalam bentuk nyata dalam kehidupannya merupakan kebutuhan tingkat tertinggi dari teori Maslow, seperti ikut seminar, loka karya yang sebenarnya keikutsertaannya itu bukan didorong oleh ingin dapat pekerjaan, tetapi sesuatu yang berasal dari dorongan ingin memperlihatkan bahwa ia ingin mengembangkan kapasitas prestasinya yang optimal.

Pada prinsipnya teori tingkat kebutuhan menurut Maslow, mengasumsikan bahwa seseorang akan berusaha memenuhi kebutuhan pokok atau tingkat rendah terlebih dahulu (fisiologis) sebelum berusaha memenuhi tingkat yang lebih tinggi, begitu seterusnya sampai mencapai tingkat kebutuhannya yang tertinggi yaitu aktualisasi diri (self actualization).


2.2.2 Teori Motivasi Herzberg (1966)
Teori yang dipelopori oleh Frederick Herzberg ini merupakan teori yang berhubungan langsung dengan kepuasan kerja. Menurut teori ini ada dua faktor yang mempengaruhi kondisi pekerjaan seseorang. Kondisi pertama adalah faktor motivator (motivator factors) atau faktor pemuas. Menurut Herzberg faktor motivator merupakan faktor pendorong seseorang untuk berprestasi yang bersumber dari dalam diri orang yang bersangkutan (intrinsik) yang mencakup (1) kepuasan kerja itu sendiri (the work it self), (2) prestasi yang diraih (achievement), (3) peluang untuk maju (advancement), (4) pengakuan orang lain (recognition), (5) kemungkinan pengembangan karir (possibility of growth), dan (6) tanggung jawab (responsible).

Faktor kedua adalah faktor pemelihara (maintenance factor) atau hygiene factor merupakan faktor yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan untuk memelihara keberadaan karyawan. Faktor ini merupakan kebutuhan yang paling mendasar bagi kehidupan para pegawai, karena faktor maintenance ini sebagai faktor yang besar tingkat ketidakpuasannya yang bila tidak dipenuhi sebagaimana mestinya. Faktor ini dikualifikasikan ke dalam faktor ekstrinsik yang meliputi antara lain, (1) konpensasi, (2) kondisi kerja, (3) rasa aman dan selamat, (4) supervisi, (5) hubungan antar manusia, (6) status, dan (7) kebijaksanaan perusahaan.

Berdasarkan uraian yang telah disebutkan di atas, kiranya tampak dengan jelas bahwa upaya meningkatkan motivasi kerja dapat dilakukan dengan memasukkan unsur-unsur yang memotivasi ke dalam suatu pekerjaan seperti membuat pekerjaan menantang, memberi tanggung jawab yang besar pada pekerja.

2.2.3 Teori Motivasi Douglas McGregor

Mengemukakan dua pandangan manusia yaitu teori X (negatif) dan teori y (positif), Menurut teori x empat pengandaian yang dipegang manajer, yakni :
1. karyawan secara inheren tertanam dalam dirinya tidak menyukai kerja.
2. karyawan tidak menyukai kerja mereka harus diawasi atau diancam dengan hukuman untuk mencapai tujuan.
3. Karyawan akan menghindari tanggung jawab.
4. Kebanyakan karyawan menaruh keamanan di atas semua faktor yang dikaitkan dengan kerja.

Kontras dengan pandangan negatif ini mengenai kodrat manusia ada empat teori Y :
1. karyawan dapat memandang kerjasama dengan sewajarnya seperti istirahat dan bermain.
2. Orang akan menjalankan pengarahan diri dan pengawasan diri jika mereka komit pada sasaran.
3. Rata rata orang akan menerima tanggung jawab.
4. Kemampuan untuk mengambil keputusan inovatif.

2.2.4 Teori Motivasi Vroom (1964)

Teori dari Vroom (1964) tentang cognitive theory of motivation menjelaskan mengapa seseorang tidak akan melakukan sesuatu yang ia yakini ia tidak dapat melakukannya, sekalipun hasil dari pekerjaan itu sangat dapat ia inginkan. Menurut Vroom, tinggi rendahnya motivasi seseorang ditentukan oleh tiga komponen, yaitu:
1. Ekspektasi (harapan) keberhasilan pada suatu tugas
2. Instrumentalis, yaitu penilaian tentang apa yang akan terjadi jika berhasil dalam melakukan suatu tugas (keberhasilan tugas untuk mendapatkan outcome tertentu).
3. Valensi, yaitu respon terhadap outcome seperti perasaan positif, netral, atau negatif. Motivasi tinggi jika usaha menghasilkan sesuatu yang melebihi harapan. Motivasi rendah jika usahanya menghasilkan kurang dari yang diharapkan.

2.2.5 Achievement Theory Mc Clelland (1961)

Menurut McClelland (Hariandja, 2002: 329), yang mengatakan bahwa ada tiga kebutuhan manusia, yaitu:
1. Kebutuhan berprestasi (needs for achievement), yaitu kebutuhan untuk berprestasi yang merupakan refleksi dari dorongan akan tanggung jawab untuk pemecahan masalah. Seorang pegawai yang mempunyai kebutuhan akan berpartisipasi tinggi cenderung untuk berani mengambil resiko. Kebutuhan untuk berprestasi adalah kebutuhan untuk melakukan pekerjaan lebih baik daripada sebelumnya, selalu berkeinginan mencapai prestasi yang lebih tinggi.
2. Kebutuhan untuk berkuasa (needs for power), yaitu kebutuhan untuk kekuasaan yang merupakan refleksi dari dorongan untuk mencapai otoritas dan untuk memiliki pengaruh orang lain.
3. Kebutuhan afiliasi (needs for afiliation), yaitu kebutuhan untuk berhubungan sosial, yang merupakan dorongan untuk berintekrasi dengan orang lain atau berada bersama orang lain, tidak mau melakukan sesuatu yang merugikan orang lain.

Ketiga jenis kebutuhan tersebut bisa dimiliki setiap orang, yang berbeda hanyalah intensitasnya. Seseorang dapat memiliki kebutuhan prestasi yang dominan dibandingkan dengan yang lain, sementara pada orang lain yang dominan mungkin kebutuhan berkuasa. Kebutuhan mana yang dominan pada seseorang dapat dipengaruhi oleh sistem nilai yang berkembang dalam masyarakatnya. Misalnya, suatu masyarakat yang sangat menjunjung tinggi nilai prestasi dapat mempengaruhi anggota masyarakatnya untuk memiliki kebutuhan yang dominan dalam kebutuhan berprestasi. Misalnya, Indonesia yang sangat menjunjung tinggi nilai kekeluargaan dapat mempengaruhi kebutuhan afiliasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan kebutuhan berprestasi.

2.2.6 Teori Erg Dari Clayton Alderfer

Teori ini dikemukakan oleh Clayton Alderfer yang dikenal dengan teori ERG, yaitu existence, relatedness, dan growth. Secara konseptual teori ERG mempunyai persamaan dengan teori yang dikembangkan oleh Maslow. Existence (eksistensi) identik dengan kebutuhan untuk mempertahankan keberadaan seseorang dalam hidupnya. Dikaitkan dengan penggolongan dari Maslow, berkaitan dengan kebutuhan fisik (fisiologis) dan keamanan. Sedangkan relatedness (hubungan) berhubungan dengan kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain. Dikaitkan dengan penggolongan kebutuhan dari Maslow, meliputi kebutuhan sosial dan pengakuan. Growth (pertumbuhan) berhubungan dengan kebutuhan pengembangan diri, yang identik dengan kebutuhan self-actualization yang dikemukakan oleh Maslow.

Teori ERG bahwa jenjang-jenjang bukan merupakan tingkat, tetapi hanya sekedar pembeda, sehingga setiap orang dapat saja bergelut dalam kebutuhan yang lebih besar dari satu kebutuhan pada saat yang sama tanpa menunggu salah satunya terpenuhi terlebih dahulu seperti Maslow.


DAFTAR PUSTAKA


Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi 3. Balai Pustaka Jakarta.
Gibson, James L., Ivancevich, Donnelly, Jr, 1995. Organisasi: Perilaku, Struktur, Proses. Edisi I. Bina Rupa Aksara, Jakarta.Mangkunegara, A. Prabu. 2005. Evaluasi Kinerja SDM, Refika Aditama, Bandung.
Hamalik, Oemar. 1993. Psychologi Manajemen. Tri Gendakarya, Bandung.Sarwoto, 1992. Dasar-dasar dan Manajemen. Chalia Indonesia, Jakarta.
Hariandja, Marihot, T.E. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia, Grasindo. Jakarta.
Snell, SA., 1992. Diagnosis Kinerja: Mengenali Penyebab Kinerja Buruh. Dalam A. Dale Tample (ED). Seri Ilmu dan Manajemen Bisnis Kinerja. Alih bahasa Cikmat, Elex MK., Jakarta.



menjadi orang yang mencintai




O,kawan!
Aku mempunyai hati yang terluka
dan mengetahui nilainya
Meski banyak orang menolak rasa sakit ini
aku tidak akan menawarkan untuk menjualnya
Andai orang tahu akan harga luka hati ini
pasti mereka akan membelinnya
:
dengan nilai tukar apa pun!

Siapakah yang mau membeli penyakit

dengan imbalan sesuatu yang sehat?
Namun bagiku
tanpa rasa sakit dan luka hati ini
hatiku akan hanya menjadi batu
:
atau seonggok daging!

O,kawan!

Aku mendoakan dengan tulus
kepada para budak materi dan hamba tubuh
serta para pemilik harta benda
:
semoga Allah memberkati mereka!

Sedikit pun

aku tidak merasa iri
dan hendak memperebutkannya bersama mereka
Aku akan tetap merawat luka ini
karena dibalik rasa sakit ini ada Cinta
:
yang tak akan pernah musnah dan berubah!

Memang banyak penderita penyakit

mengharapkan kesembuhannya
kecuali para penderita sakit Cinta
:
mereka pasti ingin menanggungnya!

O,kawan!

Aku gembira dalam luka
Aku senang dalam kebingungan ini
Aku tidak pernah menemukan suguhan
yang lebih manis ketimbang derita ini
Aku tidak pernah menemukan
kesehatan yang lebih utama
:
dari luka hati ini!

Luka hati yang menyembunyikan Cinta ini

sunggguh dapat mengubah segalanya
Derita hati ini menganugrahiku sayap
yang menerbangkan jiwaku
dengan membawa beban berat ke angkasa raya
:
dari bumi ke bintang gemintang!

O,kawan!

Ambillah apa yang terhidang di alam raya ini
Ambillah kalau itu masih ada padaku
Ambillah!
Ambillah!
Ambillah!
Ambillah!
Ambillah!
Ambillah!
Ambillah!
Ambillah!
Ambillah!
Ambillah!
Ambillah!
Ambillah!
Ambillah
:
biarlah yang tersisa kegilaan ini!

Derita dan luka hatiku

yang menyisakan kegilaan ini
:
menjadi gelora Cinta abadi!

O,kawan!

Luka hatiku dan rasa derita ini
bagai sebuah kampung yang telah dirubuhkan
dan dimusnahkan
namun nyeri hati ini memberiku nyala Cinta
bagai perahu Nabi Nuh
yang membuat para penumpangnya
tidak pernah khawatir
:
bakal teggelam!

Aku sering mendengar khabar

orang yang pandai berenang itu tenggelam
dalam Samudra nan dalam
Namun aku tidak pernah melihat
ada perahu Iman dan Cinta
:
yang karam!!!

O,kawan!

Aku berpesan padamu
jika kamu tidak mampu menjadi orang yang dicintai
masih ada kesempatan bagimu
menjadi orang yang mencintai
masih ada kesempatan bagimu
:
menjadi orang yang mencintai!!!


Bento Indonesia,21132F4C.

September 20, 2012

Rezeki adalah nikmat Tuhan

Rezeki adalah nikmat Tuhan.

Dan tahukah Anda, bahwa kesempatan untuk meminta rezeki Tuhan adalah juga nikmat Tuhan?

Maka marilah kita meminta kepada Tuhan, tanpa dugaan buruk yang membatasi kebebasan hati kita untuk meminta, dan menduga bahwa Tuhan tidak berlaku adil.

Katakanlah tiga ‘Ya.’

Apakah benar Tuhan Maha Kaya?
Apakah benar Tuhan Maha Pemurah?
Apakah benar Tuhan Maha Mendengar semua permintaan?

Jika ‘Ya,’ mengapakah Anda meminta hanya yang kecil-kecil?

Oh, mengapa? Merasa tidak pantas?

Maka pantaskanlah diri untuk menerima sebesar-besarnya pemberian?

Mengapa? Oh, hidup ini tak semudah mengatakan?

Betul. Maka bertindaklah. Semua yang ingin Anda nikmati dengan mudah, mengharuskan Anda melalui kesulitan.

Sadarilah, jika semuanya mudah – maka yang malas dan tidak jujur pun akan sukses.

Marilah kita menghentikan keluhan.

Kekayaan adalah hak. Kita berhak untuk kaya keduniawian dan kaya keakhiratan.

Janganlah kelemahan hidup yang sementara menjadikan kita mengeluh dan penduga yang buruk.

Marilah kita mensyukuri yang sudah ada, dan mengupayakan yang lebih baik lagi bagi kebaikan hidup kita, bagi keluarga dan bagi sesama.

#Mario Teguh – Loving you all as always

September 18, 2012

Tak sampai hati


kisah lama di ulang kembali
agar setiap yang bijak mampu memberi arti
sungguh segenap kisah yang ada di dunia slalu akan diulangi
dan pasti akan terjadi
karna itulah cara Tuhan mengajarkan esensi
akan siapa Dia yang hakiki
moga menjadikan kita insan sejati
dalam naungan Ridho Illahi

duh sahabat duh ummati
jangan kau kira yang hinaan itu adalah api
sebab nantinya kau sendiri
yang akan terbakar dan mati

dulu kanjeng nabi Muhammad slalu dihina dan dimaki
dan sahabat yang melihat tak tega hati
hendak marah membalas membenci
mengasah pedang, keris dan belati
ternyata kanjeng nabi tak sampai hati
api emosi tak jadi kobaran api
diganti cahaya ketulusan hati
bahkan yahudi tuapun slalu ia suapi
dengan tangan lembutnya setiap hari

duhai suri tauladan kesabaran sejati
duhai yang selalu bimbang memikirkan ummati
sirah hidupmu yang kokoh ini
menjadikan muslim sejati jauh dari api benci

sekali lagi tangis rindu ini kembali
aku mengambil sari
atas apa yang terjadi padamu masa ini
hinaan padamu yang di nyatakan Illahi Robbi
kepada kami ummati
mengajarkan kami arti sabar sejati
bak sahabat yang hidup bersamamu menjadi islami

Allahumma shalli ala sayyidina muhammad
Al Fatihah..