May 03, 2013

pakailah i'tibar mukjizatnya para nabi

ini cuma perumpamaan tapi tidak ada salahnya kita mencontoh para nabi karna mereka adalah figur buat kita

hidup memang tidak mudah di jalani tapi sangat mudah kalau di ucapkan maka pakailah i'tibar mukjizatnya para nabi

contoh

nabi nuh dengan perahunya

maksudnya jagalah hidup kita ibarat perahu dari lautan yang berarti kesalahan supaya kita bisa berhenti di gunung atau derajat yang tinggi

contoh

mukjizat nabi idris yaitu berteman dengan malaikat pencabut nyawa

maksudnya i'tibar untuk kita yaitu hindarialah matinya pikiran dan hati walau serangan yang mau mematikan pikiran dan hati kita selalu melemahkan diri kita agar kita mendapat kebahagiaan atau surga yg kekal

contoh

mukjizat nabi sulaiman yaitu bisa menundukkan segala mahluk hingga dia jadi raja

maksudnya i'tibar untuk kita kuasailah diri kita sepenuhnya jangan mau di jajah oleh jin,setan,iblis dlm diri agar kita selalu mengontrol diri dan jadi raja buat diri sendiri untuk menapaki jalan kehidupan

contoh

mukjizat nabi musa yaitu membelah lautan dengan tongkatnya

maksudnya i'tibar buat kita agar selalu percaya diri atau tongkat agar kita bisa membelah lautan atau menyelesaikan masalah yang kita hadapi

contoh

mukjizat nabi ibrahim yaitu di bakar tidak mempan dan selamat sejahtera

maksudnya i'tibar buat kita sebisa mungkin redamlah nafsu atau api agar kita selamat sejahtera

contoh

mukjizat nabi isa yaitu menghidupkan orang mati

maksudnya i'tibar buat kita untuk menjadi penerang buat orang orang yang hatinya mati supaya hidup kembali atau memberi motivasi

contoh

mukjizat nabi yusuf yaitu ketampanannya

maksudnya i'tibar buat kita agar kita selalu ramah tamah atau supel pasti orang akan tertarik pada kita

contoh

mukjizat nabi muhammad yaitu tentang pandai mensukuri

maksudnya i'tibar buat kita agar selalu berprasangka baik dan selalu nerimo ing pandum dengan segala pemberianNya

contoh

mukjizat nabi ismail yaitu ikhlas mengorbankan jiwa raganya di sembelih karena allah

maksud i'tibar buat kita agar kita ikhlas mengorbankan segalanya pada jalan alloh

contoh

mukjizat nabi yunus yang di makan ikan nun yang akhirnya mengakui salahnya krna meninggalkan umatnya

maksud i'tibar buat kita kalau kita sedang memasuki 3 kegelapan yaitu gelapnya fikir,hati,dan penglihatan cepat cepat bertobat agar mendapat pertolonganNya

semoga kita bisa mengambil i'tibar dari mukjizat para nabi untuk kehidupan kita aamin

kalau kurang mohon di tambahi
kalau salah ya maklum lg belajar monggo kulo nyimak nuwun


Oleh gus.i.batorokarang

kata datuk dulu

kata datuk dulu janganlah merasa bisa tapi tidak bisa merasa.
merasa sempurna tapi tidak sempurna merasa.
merasa paling berilmu tak tahu hakikatnya bodoh.
tanpa disadari akan menjadi belati yang menusuk diri,
kalo tidak dievaluasi dimuhasabahin ditaubatin.
akan menjelma menjadi ke aku an yang begitu cincai.
padahal Aku di atas aku itu yang sebenarnya hidup.
untuk mengejar ridho Aku mestilah hilang aku yang kecil.

tanda-tanda orang seperti itu salah satunya beraura gelap, tiasa menghujat orang laen dari belakang, tapi nte berani berkata berhadapan secara langsung agar silahturahmi slalu terjaga.
yang paling berbahaya lagi, apabila orang seperti ini berprofesi sebagai pemberi contoh bagi orang banyak. ketika sifat itu dibawa kedalam sistem, maka akan terjadi konflik yang tak kunjung henti dan menggersangkan.

Oh... aku gelok deh jadinya.
Jangankan pintar, bodoh pun aku ndik punya. Al Fatihah

Sajak buat adinda

Duhai adinda tercinta,
Hidup bukanlah bagaimana dicinta,
Tapi bagaimana seharusnya mencinta.

Bukan bagaimana merasa sempurna,
Tapi bagaimana sempurna merasa.

Sebab yang abadi
Ialah cinta yang bermuara di dalam hati

Walau jasad melebur bersama bumi
Nyawa di dalam diri, Tak kan pernah mati

Duhai adinda,
dengan ikhlas, kau kan dapati semua ini.

Martabat Tujuh



Martabat Tanazzul  pada tingkat-tingkat berikut ini .
1.      Alam Arwah. Pada tingkat inilah terhimpun dan terhampar luas segala roh yang tidak bersusun-susun.
2.      Alam Mistal. Ada rupa, tetapi tidak bisa dibagi-bagi karena amat halusnya. (catatan: istilah ilmiyahnya atom, a = tidak, tom = dibagi bagi.
3.      Alam Ajsad. Berupa dan berbentuk dan bisa dibagi-bagi atau terbagi-bagi.
4.      Alam Insan. Terhimpun menurut pengertiannya (amrun itibary) dari yang ke 1 sampai dengan 6.
Martabat yang ke 7 ini adalah martabat yang terakhir, kesemuanya ini dinamakan pula umumnya dengan nama Martabat Tujuh.

Seorang yang zahir pada alam Insan (alam manusia) kemudian sempurna makrifatnya sampai kepada martbat yang pertama, maka orang tersebut dapat diberi gelar dengan Insan Kamil. (manusia seutuhnya sempurna)

Insan Kamil. atau manusia sempurna yang dimaksudkan ini, dimana terhimpun sifat Jalal (kemuliaan) dan sifat Jamal (keindahan) yang nyata sekali pada diri Nabi kita Muhammad s.a.w. sehingga tepat kalau beliau dikatakan atau dinyatakan sebagai penutup para Nabi.

Kesimpulan :
Setelah anda mempelajari apa yang tertera dalam tulisan ini, tidaklah salah kiranya bila disini kita cantumkan ringkasan-ringkasan mskipun sudah cukup jelas pada pasal dan bagiannya masing-masing.
  • Segala perbuatan adalah perbuatan Allah, si hamba sama sekali tidak memiliki perbuatan.
  • Segala asma pada hakekatnya adalah Asma Allah.
  • Segala sifat pada hakekatnya adalah sifat Tuhan. Yang ada pada hamba adalah mazhar WujudNya.
  • Nur Nabi kita Muhammad s.a.w. adalah dari pada Nur Zat Allah Ta’ala. Sekalian mahluk dan segala sesuatu ini di jadikan dari padanya.
Bagi mereka yang ingin mendapatkan perbendaharaan Uluhiyah dan khazanah rabbaniyah seharusnyalah mereka secara terus menerus dengan zikrullah dan sholawat atas Nabi s.a.w. agar memudahkan terbukanya khazanah hati untuk menampung “makrifatullah” dalam waktu yang singkat.
Dalam rangka terus menurus zikir dan mentauhidkan Allah s.w.t. adalah dengan cara :
  1. Anda lihat segala gerak dan diam, ucapan atau bukan ucapan, semua itu adalah dri pada Allah s.w.t. Apakah hal itu dari dirimu sendiri atau bukan. Maka dengan kesungguhan dan ketekunan sehingga tahkik hal itu bagi ana dengan penuh perasaan dan kasyaf. cara ini disebut Tauhidul Af’al.
  2. Dengan isyarat guru, berpindah anda pada cara berikutnya Tauhidul Asma. dan Tauhidus-Sifat. engkau lihat dan pandang dengan penuh perasaan dan jiwa serta keyakinan yang mantab atau dengan perkataan lain, dengan “cara Syuhudi”, “kasyfi, “zauqi” tak ada yang kuasa, tak ada yang berkehendak, tak ada yang tahu, tak ada yang hidup, melihat, mendengar dan berkata-kata, kecuali Allah Dzat Wajibul Wujud.
  3. Selanjutnya anda berpindah tingkat Tauhiduz-Zat. dengan suatu kepastian bahwa tidak ada yang maujud ini kecuali Allah, fanakan segala akwan ini serta dirimu sendiri.
  4. Anda tenggelamkan dirimu dalam kefanaan, selanjutnya anda fanakan pula kefanaan itu dari ana, yang maksudnya “bukan anda yang memfanakan tetapi memfanakan itu adala Allah s.w.t. Hal ini yang disebut “fana ul fana”.
Apabila semua itu sudah mencapai hasil, Allah akan letakkan anda pada suatu tingkatan BAQO BILLAH, yang dengan itu Allah karuniai anda dengan karomah (kemuliaan) dan kegembiraan yang tiad tara dari Hidlrat Yang Suci, begitu pula berarti anda telah diangkat Allah dari lembah kehinaan dan dibebaskan olehNya dari perhambaan dan belenggu hawa nafsu, lalu merdekalah anda dalam arti yang sebenarnya sebagai hamba Allah.s.w.t.
Semua yang diutarakan ini adalah cara-cara musyahadah, hal mana merupakan pula jalan yang paling dekat menuju Allah, serta merupakan ibadat yang paling utama (afdal).

HAKIKAT ZAT FISSIFATULLAH (4)

Hakikat Dzat pada Sifat Allah .Setelah menyelesaikan kajian tentang sifat ujud dan sifat hayat yang merupakan dua sifat yang utama bagi Allah swt, maka mulai dari kajian ke lima Hakikat Zat Pada Zat Allah ini sesungguhnya kita sudah memasuki kajian kesimpulan dan aplikasi dari pemahaman yang sudah dibahas dalam aktivitas kehidupan kita sehari-hari dan ritualitas ibadah wajib dan ibadah sunnah sebagai pengamalan syariat ajaran agama islam sebagai agama tauhid terakhir.
 
Sebagaimana yang telah disampaikan dalam kajian-kajian sebelumnya bahwa sifat-sifat yang dimiliki oleh Allah swt sebagai tuhan adalah sifat-sifat yang hanya dimiliki oleh Allah swt saja. Tidak dimiliki oleh makhluknya. Apabila sifat-sifat tersebut terdapat pada makhluk, maka berarti sifat tersebut bukan sifat Allah swt karena Allah swt sebagai tuhan tidak bisa disamakan, tidak bisa disetarakan dengan apapun juga baik itu zat, sifat ataupun perbuatannya. Itulah tauhid yang benar lagi lurus yang kita tidak boleh tersesat didalamnya.
Pada kajian sebelumnya juga telah difahami bahwa, dengan pendevinisian dari sifat-sifat Allah swt yang telah dilakukan oleh ulama-ulama Ahlul Sunna Wal Jamaah sebelumnya sesungguhnya telah membuka satu celah kepada kita sebagai makhluk yang berakal untuk mengungkap tentang hakikat dari Allah swt itu secara nyata, karena hubungan antara zat dan sifat adalah hubungan yang saling terkait, dimana keberadaan suatu zat akan bisa diketahui dan dijelaskan melalui sifat-sifatnya dan sifat-sifat yang dikandung oleh zat adalah penggambaran dari zat itu sendiri. Dengan logika sederhana dapat dinyatakan bahwa, dimana ada zat, maka disitulah sifatnya berada dan dimana sifat terlahir, maka disitu juga sesungguhnya zatnya berada

Ungkapan atau contoh yang sangat logis dan gampang untuk difahami tentang hubungan antara zat dan sifat adalah dengan memahami sifat dari api. Yaitu Panas, panas merupakan sifat yang dikandung oleh api, dimana panas itu terasa, maka disitulah api itu berada. Apabila semakin panas kita rasakan, maka sesungguhnya semakin dekat kita dengan sumber panas itu yaitu api, sehingga semakin dekat kita dengan api maka kita akan semakin merasakan panasnya api itu. Dan sebaliknya, apabila semakin jauh kita dari api, maka panasnya api akan semakin berkurang kita rasakan. Dimana ada panas disitulah ada api. Panas adalah sifat dan api adalah zatnya.

Akibat dari panas yang ditimbulkan akan berbanding lurus dengan jarak yang berhasil dicapai oleh suatu benda dengan sumber panas atau api tersebut.
Semakin dekat keberadaan suatu benda dengan sumber panas, maka akan semakin besar panas yang diserap benda dan semakin besar juga panas yang disalurkan benda tersebut kepada benda-benda disekitarnya

Semakin jauh keberadaan suatu benda dengan sumber panas, maka akan semakin kecil panas yang diserap benda itu dan semakin kecil juga panas yang disalurkan benda tersebut kepada benda-benda disekitarnya
Sehingga ketika tidak ada lagi jarak yang tersisa antara suatu benda dengan sumber panas, maka benda itu dinyatakan berada dalam sumber panas itu, maka benda itu akan terbakar, menjadi bagian bahan bakar yang menyalakan atau menghidupkankan api. Bukan Menjadi Api

Kedekatan Allah swt sebagai Tuhan dengan Makhluk pada hakikatnya tidak merubah makhluk menjadi tuhan. Tetapi hanya mempertegas pembuktian atau memperjelas keberadaan sifat Allah swt saja.

Pada tataran inilah sebetulnya faham tauhid lebih banyak disesatkan oleh iblis dari golongan jin sehingga terbentuk pemahaman bahwa makhluk bisa menyatu dengan Tuhannya ( untuk yang memahami jin adalah bagian dari iblis )
Dan pada tataran ini jugalah sebagian ahli sihir yang mengaku menguasi atau memiliki ilmu putih             ( padahal itu adalah sihir juga ) menekankan pemahamannya, sehingga para iblis yang telah menguasi sihir tertentu menyakinkan kepada para budaknya itu ( tukang sihir ), seolah-olah kehendak penyihir tersebut merupakan iradat-Nya Allah swt, padahal semua itu hanyalah tipuan iblis dari kelompok jin belaka.
Telah banyak para alim dan orang-orang yang mengaku sebagai ahli tariqat dan ahli tasawuf terjebak dalam pemahaman ini, sehingga banyak sekali ditemui kelompok-kelopok tariqat dan pengajian tasawuf yang sesat dan menyesatkan pengikutnya seperti pemahaman bahwa, pencapaian maqam tertentu pada keyakinan tauhid yang difahami, telah menggugurkan ikatan hukum syariat padanya. Setiap yang dilakukan adalah Haq atas kehendak Allah swt.

Sesungguhnya pemahaman tauhid seperti itu ( dan masih banyak lagi pemahaman tauhid yang tersesat dan atau dianggap sesat ) lebih banyak disebabkan oleh kurang lengkapnya dan tidak sempurnanya pemahaman tauhid yang diyakininya. Sebagian lagi disebabkan dorongan nafsu yang dikendalikan oleh jin yang memang bertugas dan telah mendapat izin resmi dari Allah swt untuk menyesatkan umat manusia yang tidak mampu menguasai dan mengendalikan nafsunya dengan baik.

Pada bagian akhir dari kajian Hakikat Zat Pada Sifat Allah pada kajian kelima atau ketujuh ini kembali myrazano mengingatkan jangan berhenti memahami kajian hakikat zat Allah swt melalui sifat-sifat Allah sampai pada kajian ini saja. Pada kajian selanjutnya kita akan mencoba melanjutkan Hakikat Zat Pada Sifat Allah secara lebih mendalam dan mengaplikasikannya dalam kehidupan dan ibadah. Insya Allah.

Fahamilah kembali kajian ini dari awal dari secara berulang-ulang. materi kajian yang sudah disampaikan merupakan kajian bersambung dalam satu rangkaian. Kalau hanya memahami satu bagian saja justru bisa menimbulkan kebingungan dan keraguan atau melahirkan pemahaman tanpa dasar yang pada akhirnya menimbulkan fanatisme yang sombong, yang selalu merasa paling benar. Selain dari pemahaman yang diyakininya adalah salah atau dianggap bida’ah. Padahal Kebenaran Yang Sesungguhnya Hanya Milik Allah swt saja. Tugas kita hanya meyakini sebanyak yang kita fahami saja

Pahami semua kajian ini secara utuh dan konprehensif dan tanyakan apa-apa yang tidak jelas atau kurang difahami kepada para guru kita yang ada dimajelis masing-masing atau sebagai solusi pertama sampaikan pertanyaan, kritikan, saran, bantahan, sanggahan pada kotak komentar yang tersedia. Insya Allah saya akan mencoba menjelaskan setiap pertanyaan yang timbul dari kajian ini. [ Annafiz ]

HAKIKAT ZAT FISSIFATULLAH (3)


Hakikat Dzat pada Sifat Allah .Sekarang kita sudah memasuki kajian ke empat dari Hakikat Zat Pada Sifat Allah, tapi kalau dilihat dari awal, kajian keempat ini sudah merupakan kajian keenam yang saling berhubungan dimana sebelumnya telah dibahas  Mengenal Allah .
Seluruh tanggapan dan komentar tersebut akan kita coba, insya Allah membahasnya satu per satu setelah kajian Hakikat  Zat Pada Sifat Allah  ini selesai secara tuntas yaitu berhasil mengantarkan seluruh pembaca dan pengunjung blog ini menemui tuhannya masing-masing. Insya Allah
Selanjunya dari awal SAYA selalu dan tidak akan pernah bosan mengingatkan bahwa, Kajian Hakikat Zat Pada Sifat Allah ini adalah sebuah kajian yang bersifat pendalaman dari ilmu tauhid yang sangat membutuhkan pemahaman, maka bacalah setiap postingan ini secara berulang-ulang karena kalau hanya sekali baca saja dijamin tidak akan mendapatkan pemahaman apa-apa.
Beberapa istilah yang dipakai, mungkin kelihatan asing bagi sebagian orang, karena kajian ini adalah kajian yang sebelumnya bersifat terutup dan dipelajari secara exclusive di berbagai tempat. Itu pun murid-muridnya kebanyakan sudah berusia lanjut. Sehingga belum tentu semua orang pernah belajar dan mempelajari ilmu ini. Sehingga untuk hal-hal yang kurang dimengerti dan difahami sangat disarankan untuk mendiskusikannya di majelis taklim dan pegajian masing-masing dibawah bimbingan para guru yang memahami ilmu taswauf secara baik agar jangan tersesat.
Mari Kita lanjutkan kajian kita.
Sifat Hayat
Sebagaimana yang telah disampikan pada kajian sebelumnya bahwa diantara dua puluh sifat yang difahami dalam keyakinan Ahlul sunnah wal jamah terdapat dua sifat utama yang sangat menentukan keberadaan sifat-sifat yang lain. Tanpa dua sifat tersebut, maka keberadaan sifat-sifat yang lain akan tidak berarti, bahkan bisa meniadakan sifat yang lain.
Diantara Dua sifat Allah swt tersebut yang pertama telah disampaikan pada kajian sebelunya yaitu sifat ujud. Pada kajian ini kata akan memahami sifat kedua yaitu sifat Hayat yang berarti hidup. Sifat hayat ini sering juga dinyatakan sebagai ibu dari segala sifat Allah, karena tanpa sifat hayat ini sifat ujud pada zat Allah swt menjadi tidak berati sama sekali, sehingga mustahil sifat-sifat yang lain pada Allah swt bisa dibuktikan.
Allah Bersifat Hayat. Artinya Hidup. Allah hidup dengan sifat hayat-Nya. Sehingga dengan sifat hayat itu Allah maha hidup dan wajib bagi Allah untuk selalu hidup ( Hayun / Hayan ). Karena bukti hayat Allah swt tersebut pada hidupnya tubuh kita, maka hakikatnya bukan hidup kita, melainkan hayatnya Allah swt. Pemahamanya adalah Bukan hidup aku melainkan hidup-Nya Allah
Allah Bersifat Ilmu. Artinya Mengetahui. Allah tahu dengan sifat ilmu-Nya. Sehingga dengan sifat ilmu itu Allah maha mengetahui dan wajib bagi Allah untuk selalu mengetahui ( Alimun / Aliman ). Karena bukti ilmu Allah swt tersebut pada tahunya hati kita, maka hakikatnya bukan tahu kita, melainkan ilmunya Allah swt. Pemahamanya adalah  Bukan ilmu aku melainkan ilmu-Nya Allah
Allah Bersifat Kudrat. Artinya Kuasa. Allah berkuasa dengan sifat kudrad-Nya. Sehinga dengan sifat kudrat itu Allah maha kuasa dan wajib bagi Allah untuk selalu berkuasa ( Kadirun / Kadiran ). Karena bukti kudrat Allah swt tersebut pada kuasanya tulang kita, maka hakikatnya bukan kuasa kita, melainkan kudratnya Allah swt. Pemahamanya adalah  Bukan kuasa aku melainkan kuasa-Nya Allah
Allah Bersifat Iradat. Artinya Berkehendak. Allah berkehendak dengan sifat iradat-Nya ( Maridun / Muridan ). Sehingga dengan sifat iradat itu Allah maha berkehendak dan wajib bagi Allah untuk selalu menghendaki. Karena bukti iradat Allah swt tersebut pada kehendaknya nafsu kita, maka hakikatnya bukan kehendak kita, melainkan iradatnya Allah swt. Pemahamanya adalah Bukan kehendak aku melainkan kehendak-Nya Allah
Allah Bersifat Basyar. Artinya Melihat. Allah melihat dengan sifat basyar-Nya. Sehingga dengan sifat basyar itu Allah maha melihat dan wajib bagi Allah untuk selalu melihat ( Basyirun / Basyiran ). Karena bukti basyar Allah swt tersebut pada melihatnya mata kita, maka hakikatnya bukan penglihatan kita, melainkan basyarnya Allah swt. Pemahamanya adalah  Bukan penglihatan aku melainkan penglihatan-Nya Allah
Allah Bersifat Samik. Artinya Mendengar. Allah mendengar dengan sifat samik-Nya. Sehingga dengan sifat samik itu Allah maha mendengar dan wajib bagi Allah untuk selalu mendegar ( Samiun / Samian ). Karena bukti samik Allah swt tersebut pada mendengarnya telinga kita, maka hakikatnya bukan pendengaran kita, melainkan samiknya Allah swt. Pemahamanya adalah  Bukan pendengaran aku melainkan pendengaran-Nya Allah
Allah Bersifat Kalam. Artinya Berkata-kata. Allah berkata dengan sifat kalam-Nya. Sehingga dengan sifat kalam itu Allah maha berkata-kata dan wajib bagi Allah untuk selalu berkata-kata ( Mutakalimun / Mutakaliman ). Karena bukti kalam Allah swt tersebut pada berkatanya lidah kita, maka hakikatnya bukan perkataan kita, melainkan kalamnya Allah swt. Pemahamanya adalah Bukan perkataan aku melainkan perkataan-Nya Allah 
Jadi sampai dengan kajian keempat atau kajian keenam tentang  Hakikat Zat Pada Sifat Allah  ini sudah bisa sedikit dirasakan bahwa Tidak satu pun yang ada pada diri kita, melainkan hanyalah sifat Allah swt . Dengan pemahaman bahwa  Bukan aku melainkan sifat Allah semata-mata
Terakhir, sebelum memasuki kajian selanjutnya, saya kembali mengingatkan untuk menanyakan hal-hal yang kurang difahami kepada para guru kita, dan sebagai solusi alternafif, silahkan menyampaikan pertanyaan, saran, tanggapan, kritikan, batahan terhadap seluruh kajian ini pada kotak komentar yang tersedia. atau kirim via email  Insya Allah saya akan berusaha menjawab dan menjelaskannya sesuai dengan segenap kemampuan yang ada. [ Annafiz ]