- Homemain page
- Pengantarsay hello
- Ad Durrun NafisTasawwuf
- Subscribe to RSSkeep updated!

May 18, 2013
yakin, sebelum datang ragu
Bila takut gelombang, mengapa
berlayar …..? bila takut berkata cinta mengapa berikrar..
yakin, sebelum datang ragu, sebagaimana engkau berikrar padaNya,
sesungguhnya shalat, ibadah, hidup dan matiku adalah milikMu… yaa Allah..
inilah cinta yang sesungguhnya, yang sanggup arungi gelombang kehidupan menuju pantai kedamaian yang tiada panas tiada pula dingin..
Perahu adalah jasadmu, layar adalah iktiarmu, kuatkan tiang layarmu. mohon padaNya kekuatan, tuk arungi lautan kehidupan ini.
Jangan… perahumu tenggelam, menabrak karang nafsumu, berupa angan angan dalam akal khayalmu, penyesalanpun tiada arti lagi.
Yakinlah padaNya, sesungguhnya hidup dan mati ada dalam genggamannya,
bersujud kening cium bumi ketulusan, senantiasa bumi memberi meski dihina dan dicaci, ibu bagi ragaku karena tanah asal daripadaNya.
Innalillahi wainnaillaihi rojiun
segalanya adalah milik allah dan akan kembali pada allah
semuanya di ijabahi olehNya tidak memandang baik atau jelek tanpa kecuali
seandainya allah tidak mengijinkan niscaya tidak akan ada kejahatan dan keburukan serta agama yang berbeda beda
hanya keyakinan diri yang menentukan apa yang menjadi pilihannya resiko tanggung sendiri
gus.i.batorokarang
Profil Syaikh Zaini Abdul Ghani (Guru Ijai / Guru Sekumpul, Martapura)
Kyai Haji Muhammad Zaini Abdul Ghani atau Syaikhuna al-Alim al-Allamah Muhammad Zaini bin al-Arif billah Abdul Ghani bin Abdul Manaf bin Muhammad Seman bin Muhammad Sa’ad bin Abdullah bin al-Mufti Muhammad Khalid bin al-Alim al-Allamah al-Khalifah Hasanuddin bin Syaikh Muhammad Arsyad al-Banjari yang bergelar Al Alimul Allamah Al Arif Billaah Albahrul Ulum Al Waliy Qutb As Syeekh Al Mukarram Maulana (biasa dipanggil Abah Guru Sekumpul atau Tuan Guru Ijai).
Beliau adalah sufi termasyhur, juga sosok Wali Allah kharismatik Martapura, Kalimantan Selatan, yang menyatukan syari’at, tarekat dan hakikat dalam dirinya.
Beliau lebih dikenal dengan sebutan Guru Ijai atau Guru Sekumpul, dan juga salah seorang ulama yang mempopulerkan Simthad Durar atau Maulid Habsyi di Kalimantan Selatan. Pada zamannya Guru Ijai adalah satu-satunya ulama Kalimantan, atau mungkin di Indonesia, yang mendapat otoritas untuk mengijazahkan Tarekat Samaniyyah yang didirikan oleh MUHAMMAD SAMAN.
Masa kecil dan pendidikan
Zaini
Abdul Ghani atau Guru Ijai lahir pada 11 Februari 1942 (27 Muharram
1361 H) di Kampung Tunggul Irang Seberang, Martapura. Beliau masih
keturunan dari ulama besar Syekh ARSYAD AL-BANJARI. Di masa kecilnya
beliau memiliki keistimewaan yakni tak pernah mengalami “mimpi basah” (ihtilam).
Pendidikan pertamanya diberikan oleh kedua orang tuanya, Haji Abdul
Ghani dan Hajah Masliah binti Haji Mulya, dan oleh neneknya, Hajah
Salbiyah. Bersama neneknya inilah beliau suka sekali membaca al-Qur’an.
Pada usia tujuh tahun beliau masuk madrasah di Kampung Keraton,
Martapura. Pada masa kecil ini beliau belajar al-Qur’an pertama kali
kepada Guru Hasan. Orang tuanya, yang tergolong orang sederhana, selalu
membekalinya sebotol minyak untuk diberikan kepada gurunya ini. Sejak
usia 10 tahun Guru Ijai telah dikaruniai kassyaf hissi, yakni mampu melihat dan mendengar apa-apa yang tersembunyi atau hal-hal ghaib. Pada usia 14 tahun beliau dikaruniai futuh
(pencerahan spiritual) saat membaca sebuah tafsir al-Qur’an. Pada masa
remaja ini pula beliau mengalami perjumpaan spiritual dengan Sayyidina
Hasan dan Husain, cucu Rasulullah. Kedua cucu Rasulullah ini
masing-masing membawa pakaian dan mengenakannya langsung kepada beliau
lengkap dengan sorbannya.
Beliau melanjutkan pendidikannya ke Pesantren Datu Kalampian Bangil, Jawa Timur, kepada Kyai Sarwani Abdan yang juga berasal dari Martapura. Di sini beliau selain mendapat pendidikan syariat juga mendalami ilmu spiritual. Selanjutnya beliau berguru kepada Syekh Falah di Bogor. Selain kepada kedua ulama ini, beliau juga mendalami syariat dan tarekat kepada Syekh Muhammad Yasin Padang di Mekah, Syekh Hasan Masysyath, Syekh Isma’il Yamani, Syekh Abdul Qadir al-Baar, Syekh Sayyid Muhammad Amin Kutby, Allamah Ali Junaidi (Berau) ibn Jamaluddin ibn Muhammad Arsyad. Atas petunjuk Syekh Ali Junaidi, beliau kemudian belajar kepada Syekh Fadhil Muhammad (Guru Gadung). Kepada Guru Gadung ini Guru Ijai belajar tentang ajaran Nur Muhammad. Beliau juga mendapat ijazah Maulid Simthud Durar dari sahabat karibnya, Habib Anis ibn Alwi ibn Ali al-Habsyi dari Solo, Jawa Tengah.
Beliau sempat menjadi pengajar di Pesantren Darussalam Martapura selama lima tahun, kemudian membuka pengajian di rumahnya sendiri pada 1970-an, di dampingi oleh seorang kyai terkenal yakni Guru Salman Bujang (Guru Salman Mulya). Pengajian dimulai setiap hari Kamis petang hingga malam Jum’at. Pada 1988 beliau pindah ke Kampung Sekumpul, membuka kompleks perumahan ar-Raudhah atau Dalam Regol. Sejak itu kewibawaan dan kharismanya memancar luas – murid-muridnya dan tamu-tamunya berdatangan dari berbagai daerah, bahkan dari negeri jiran seperti Malaysia, Singapura dan Brunei. Sebagian datang untuk berguru, sebagian mencari barakahnya, dan sebagian ingin berbaiat Tarekat Samaniyyah. Juga beberapa tokoh nasional menyempatkan diri mengunjunginya, seperti Amien Rais, Gus Dur, Megawati, AA Gym dan sebagainya.
Pengaruh kehidupan keluarga
Gemblengan
ayah dan bimbingan intensif pamannya semenjak kecil betul-betul
tertanam. Semenjak kecil ia sudah menunjukkan sifat mulia; penyabar,
ridha, pemurah, dan kasih sayang terhadap siapa saja. Kasih sayang yang
ditanamkan dan juga ditunjukkan oleh ayahnya sendiri. Seperti misalnya,
suatu ketika hujan turun deras, sedangkan rumah Guru Sekumpul sekeluarga
sudah sangat tua dan reot. Sehingga air hujan merembes masuk dari
atap-atap rumah.Pada waktu itu, ayahnya menelungkupinya untuk melindungi
tubuhnya dari hujan dan rela membiarkan dirinya sendiri tersiram hujan.
Abdul Ghani bin Abdul Manaf, ayah dari Guru Sekumpul juga adalah seorang pemuda yang saleh dan sabar dalam menghadapi segala situasi dan sangat kuat dengan menyembunyikan derita dan cobaan. Tidak pernah mengeluh kepada siapapun. Cerita duka dan kesusahan sekaligus juga merupakan intisari kesabaran, dorongan untuk terus berusaha yang halal, menjaga hak orang lain, jangan mubazir, bahkan sistem memenej usaha dagang dia sampaikan kepada generasi sekarang lewat cerita-cerita itu.
Beberapa cerita yang diriwayatkan adalah sewaktu kecil mereka sekeluarga yang terdiri dari empat orang hanya makan satu nasi bungkus dengan lauk satu biji telur, dibagi empat. Tak pernah satu kalipun di antara mereka yang mengeluh. Pada masa-masa itu juga, ayahnya membuka kedai minuman. Setiap kali ada sisa teh, ayahnya selalu meminta izin kepada pembeli untuk diberikan kepada beliau. Sehingga kemudian sisa-sisa minuman itu dikumpulkan dan diberikan untuk keluarga.
Adapun sistem mengatur usaha dagang, ayah beliau menyampaikan bahwa setiap keuntungan dagang itu mereka bagi menjadi tiga. Sepertiga untuk menghidupi kebutuhan keluarga, sepertiga untuk menambah modal usaha, dan sepertiga untuk disumbangkan. Salah seorang ustadz setempat pernah mengomentari hal ini, “bagaimana tidak berkah hidupnya kalau seperti itu.” Pernah sewaktu kecil beliau bermain-main dengan membuat sendiri mainan dari gadang pisang. Kemudian sang ayah keluar rumah dan melihatnya. Dengan ramah sang ayah menegurnya, “Nak, sayangnya mainanmu itu. Padahal bisa dibuat sayur.” Beliau langsung berhenti dan menyerahkannya kepada sang ayah.
Guru
Ijai menikah tiga kali, dan dikarunia dua putra dari istri keduanya,
Hajjah Laila, yakni Muhammad Amin Badali al-Banjari dan Ahmad Hafi
Badali al-Banjari.
Ajaran dan karamah
Sebagai
ulama, beliau dikenal sebagai orang yang amat lembut, kasih sayang,
sabar, dermawan dan tekun. Apapun yang terjadi terhadap dirinya, beliau
tak pernah mengeluh – bahkan pernah beliau dipukuli oleh orang-orang
yang dengki kepadanya namun beliau tidak mengeluh atau mendendam sama
sekali. Beliau juga mengajarkan agar orang senantiasa mencintai dan
hormat kepada ulama yang baik dan saleh. Hal ini dicontohkan dalam
sikapnya: ketika masih kecil beliau selalu menunggu di tempat yang biasa
dilewati oleh Syekh Fadhil Zainal Ilmi pada hari-hari tertentu
semata-mata hanya untuk bersalaman dan mencium tangan kyai tersebut.
Jika ada yang mengkritik atau mencaci-maki ajaran tarekatnya, atau
mengejek keadaan dirinya, beliau hanya diam, karena beliau menganggap
mereka adalah orang-orang yang belum mengerti dan memahami. Tamu-tamu
yang datang selalu dijamu makanan, termasuk pada waktu pengajian. Tidak
kurang dari 3000 orang selalu datang ke pengajiannya dan selalu diberi
jamuan makan.
Kedermawanannya ini tampak bukan hanya kepada lingkungan sekitar, tetapi juga ke setiap tempat yang disinggahinya. Salah satu pesannya adalah “Jangan bakhil” karena itu adalah sifat tercela. Beliau sering mengutip pesan “pintu surga diharamkan bagi orang bakhil.” Beliau juga mengajarkan apa yang disebutnya kaji-gawi, artinya menuntut ilmu dan diamalkan. Salah satu keunikannya dalam berdakwah adalah perhatiannya kepada kesehatan umat. Pada waktu tertentu beliau mendatangkan dokter spesialis (jantung, ginjal, paru, mata, dan sebagainya) untuk memberikan penyuluhan kesehatan sebelum pengajian dimulai. Beliau juga menulis beberapa kitab, di antaranya adalah Risalah Mubarakah; Manaqib as-Syaikh as-Sayyid Muhammad bin Abdul Karim al-Qadiri al-Hasani as-Saman al-Madani; Risalah Nuraniyah fi Syarhit Tawassualtis Sammaniyah; dan Nubdzatun fi Manaqib al-Imam al-Masyhur bil-Ustadz al-A’zham Muhammad bin Ali Ba’Alawy.
Beberapa kisah karamahnya diantaranya adalah sebagai berikut. Saat masih di Kampung Keraton beliau biasanya duduk-duduk dengan beberapa orang sambil bercerita tentang orang-orang terdahulu untuk mengambil pelajaran dari kisah itu. Suatu saat beliau bercerita tentang buah rambutan, yang saat itu belum musimnya. Tiba-tiba beliau mengacungkan tangannya ke belakang, seolah-olah mengambil sesuatu, dan mendadak di tangan beliau sudah memegang buah rambutan matang, yang kemudian beliau makan. Beliau juga bisa memperbanyak makanan – setelah makan sepiring sampai habis, tiba-tiba makanan di piring itu penuh lagi, seakan-akan tak dimakan olehnya. Dikisahkah pula, suatu ketika terjadi musim kemarau panjang, dan sumur-sumur mengering. Masyarakatpun meminta kepada Guru Ijai agar berdoa meminta hujan. Beliau lalu mendekati sebatang pohon pisang, menggoyang-goyangkan pohon itu dan tak lama kemudian hujan pun turun. Beliau juga dikenal bisa menyembuhkan banyak orang dengan kekuatan spiritualnya.
Beberapa Catatan lain berupa beberapa kelebihan beliau adalah dia sudah hafal Al-Qur'an semenjak berusia 7 tahun. Kemudian hapal tafsir Jalalain pada usia 9 tahun. Semenjak kecil, pergaulannya betul-betul dijaga. Kemana pun bepergian selalu ditemani. Pernah suatu ketika beliau ingin bermain-main ke pasar seperti layaknya anak sebayanya semasa kecil. Saat memasuki gerbang pasar, tiba-tiba muncul pamannya, Syaikh Seman Mulya di hadapannya dan memerintahkan untuk pulang. Orang-orang tidak ada yang melihat Syekh, begitu juga sepupu yang menjadi ”bodyguard”-nya. Dia pun langsung pulang ke rumah.
Dalam usia kurang lebih 10 tahun, sudah mendapat khususiat dan anugerah dari Tuhan berupa Kasyaf Hissi yaitu melihat dan mendengar apa yang ada di dalam atau yang terdinding. Dalam usia itu pula beliau didatangi oleh seseorang bekas pemberontak yang sangat ditakuti masyarakat akan kejahatan dan kekejamannya. Kedatangan orang tersebut tentunya sangat mengejutkan keluarga di rumah beliau. Namun apa yang terjadi, laki-laki tersebut ternyata ketika melihat beliau langsung sungkem dan minta ampun serta memohon minta dikontrol atau diperiksakan ilmunya yang selama itu ia amalkan, jika salah atau sesat minta dibetulkan dan dia pun minta agar supaya ditobatkan.
Pada usia 9 tahun pas malam jumat beliau bermimpi melihat sebuah kapal besar turun dari langit. Di depan pintu kapal berdiri seorang penjaga dengan jubah putih dan di gaun pintu masuk kapal tertulis “Sapinah al-Auliya”. Beliau ingin masuk, tapi dihalau oleh penjaga hingga tersungkur. Dia pun terbangun. Pada malam jum’at berikutnya, ia kembali bermimpi hal serupa. Dan pada malam jumat ketiga, ia kembali bermimpi serupa. Tapi kali ini ia dipersilahkan masuk dan disambut oleh salah seorang syekh. Ketika sudah masuk ia melihat masih banyak kursi yang kosong.
Ketika beliau merantau ke tanah Jawa untuk mencari ilmu, tak disangka tak dikira orang yang pertama kali menyambutnya dan menjadi guru adalah orang yang menyambutnya dalam mimpi tersebut.
Meninggal dunia
Sebelum
meninggal dunia Guru Ijai sempat dirawat di Rumah Sakit Mount
Elizabeth, Singapura, selama 10 hari. Tetapi pada hari Selasa malam
beliau pulang dan tiba di Bandara Syamsuddin Noor, Banjarmasin, pada
pukul 20.30. Keesokan harinya, Rabu 10 Agustus 2005, pukul 5.10 waktu
setempat, beliau meninggal dunia. Ribuan orang berdatangan untuk
memberikan penghormatan terakhir dan mengiringi jenazah beliau hingga ke
pemakaman. Begitu mendengar kabar meninggalnya Guru Sekumpul lewat
pengeras suara di masjid-masjid selepas salat subuh, masyarakat dari
berbagai daerah di Kalimantan Selatan berdatangan ke Sekumpul Martapura
untuk memberikan penghormatan terakhir pada almarhum. Pasar Martapura
yang biasanya sangat ramai pada pagi hari, Rabu pagi itu sepi karena
hampir semua kios dan toko-toko tutup. Suasana yang sama juga terlihat
di beberapa kantor dinas, termasuk Kantor Bupati Banjar. Sebagian besar
karyawan datang ke Sekumpul untuk memberikan penghormatan terakhir.
Sebelum dimakamkan di kompleks pemakaman keluarga di dekat Mushalla Ar
Raudhah, Rabu sore sekitar pukul 16.00, warga masyarakat yang datang
diberikan kesempatan untuk melakukan salat jenazah secara bergantian.
Kegiatan ibadah ini berpusat di Mushalla Ar Raudhah, Sekumpul, yang
selama ini dijadikan tempat pengajian oleh Guru Sekumpul.
Petuah
Meski memiliki karamah, beliau selalu berpesan agar kita jangan sampai tertipu dengan segala keanehan dan keunikan. Karena bagaimanapun juga karamah adalah anugrah, murni pemberian, bukan suatu keahlian atau skill. Karena itu jangan pernah berpikir atau berniat untuk mendapatkan karamah dengan melakukan ibadah atau wiridan-wiridan. Dan karamah yang paling mulia dan tinggi nilainya adalah istiqamah di jalan Allah itu sendiri. Kalau ada orang mengaku sendiri punya karamah tapi salatnya tidak karuan, maka itu bukan karamah, tapi bakarmi (orang yang keluar sesuatu dari duburnya).
Guru Sekumpul juga sempat memberikan beberapa pesan kepada seluruh masyarakat Islam, yakni:
- Menghormati ulama dan orang tua
- Baik sangka terhadap muslimin
- Murah harta
- Manis muka
- Jangan menyakiti orang lain
- Mengampunkan kesalahan orang lain
- Jangan bermusuh-musuhan
- Jangan tamak atau serakah
- Berpegang kepada Allah, pada kabul segala hajat
- Yakin keselamatan itu pada kebenaran.
Seputar Nasab Beliau
Beliau sering disebut-sebut sebagai Habib keturunan Rasulullah, padahal beliau sendiri tidak pernah menambahkan dibelakang nama beliau dengan fam tertentu. Lalu darimana isyu tersebut?, mari kita telusuri nasab beliau.
- K H. Muhammad Zaini
- Abdul Ghani
- H Abdul Manaf
- Muhammad Seman
- H M. Sa’ad
- H. Abdullah
- Mufti H. M. Khalid
- Khalifah H. Hasanuddin
- Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari
Sampai disini, tidak ada perbedaan karena memang diingat, dicatat, dan
dijaga dengan baik oleh Guru Sekumpul serta keluarga beliau.
Perbedaan terjadi ketika kita meneliti nasab dari Sekh Muhammad Arsyad
Al Banjari yang merupakan tokoh Islam terbesar di bumi Banjar.
Ada beberapa versi catatan nasab Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari, ada
yang mengatakan lima versi, namun yang saya temukan hanya dua dan
itupun masih dalam versi yang sama karena yang kedua tidak jauh beda
dengan yang pertama, hanya ketinggalan 2 orang, mungkin kesalahan
penyalinan saja.
Pertama, catatan dari 3 kitab, yaitu: Syajaratul Arsyadiyah, Syeikh Muhammad Arsyad Al Banjari Pengarang Sabilal Muhtadin, dan Maulana Syeik Muhammad Arsyad Al Banjari. Yaitu sebagai beikut:- Muhammad Arsyad Al Banjari
- Abdullah
- Abu Bakar
- Sultan Abdurrasyid Mindanao
- Abdullah
- Abu Bakar Al Hindi
- Ahmad Ash Shalaibiyyah
- Husein
- Abdullah
- Syaikh
- Abdullah Al Idrus Al Akbar (datuk seluruh keluarga Al Aidrus)
- Abu Bakar As Sakran
- Abdurrahman As Saqaf
- Muhammad Maula Dawilah
- Ali Maula Ad Dark
- Alwi Al Ghoyyur
- Muhammad Al Faqih Muqaddam
- Ali Faqih Nuruddin
- Muhammad Shahib Mirbath
- Ali Khaliqul Qassam
- Alwi
- Muhammad Maula Shama’ah
- Alawi Abi Sadah
- Ubaidillah
- Imam Ahmad Al Muhajir
- Imam Isa Ar Rumi
- Al Imam Muhammad An Naqib
- Al Imam Ali Uraidhy
- Al Imam Ja’far As Shadiq
- Al Imam Muhammad Al Baqir
- Al Imam Ali Zainal Abidin
- Al Imam Sayyidina Husein
- Al Imam Amirul Mu’minin Ali Karamallah wajhah wa Sayyidah Fatimah Az Zahra
- Rasulullah SAW[1]
Kedua, terdapat pada kitab yang dikarang oleh seseorang tanpa nama dengan judul Silsilah Siti Fatimah, sebagai berikut:
- Muhammad Arsyad Al Banjari
- Abdullah
- Abu Bakar
- Abdurrasyid
- Abdullah al-Idrus al-Magribi
- Abu Bakar al-Hindi
- Ahmad
- Husin
- Abdullah
- Syaikh
- Abdullah Al-Idrus
- Abu Bakar as-Sakrani
- Abdurrahman as-Saqafi
- Maulana Ad-Duwailah
- Ali
- Alwi
- al-Faqih al-Muqaddam Muhammad
- Ali Khala Qasim
- Alwi
- Muhammad
- Alwi
- Abdullah
- Ahmad al-Muhajir lillah
- Isa an-Naqib
- Muhammad an-Naqib
- Ali al-Arid
- Ja’far as-Sadiq
- Muhammad al-Baqir
- Ali Zainal Abidin
- Sayyidina Husin
- Sayyidina Ali dan Sayyidina Fatimah az-Zahra
- Sayyidina Muhammad SAW.[2]
Kedua versi silsilah/nasab diatas sama saja, hanya saja pada silsilah
kedua ada yang terlewatkan dan saya tidak tahu apakah itu kesalahan M.
Rusydi yang menyalin atau memang dari kitab Silsilah Siti Fatimah-nya.
Pada catatan nasab yang kedua tidak ada Ali Faqih Nuruddin dan
Muhammad Shahib Mirbath yang pada nasab pertama berada di nomor 18 dan
19.
Perbedaan lainnya terdapat pada penulisan nama. Ada dua nama yang
berbeda namun orang tua (bin)nya sama, yaitu Ubaidillah Bin Ahmad Al
Muhajir dan Isa Arrumi Bin Muhammad Annaqib
- Pada catatan nasab pertama tertulis Ubaidillah (nomor 24) sementara pada catatan nasab yang kedua tertulis Abdullah (nomor 22)
- Pada catatan nasab pertama tertulis Isa Arrumi (nomor 26) sementara pada catatan nasab yang kedua tertulis Isa an-Naqib (nomor 24)
Saya tidak bisa mengetahui secara pasti apakah kedua nama itu orang
yang sama, hanya kekeliruan penulisan saja atau memang orang yang
berbeda.
Perbedaan-perbedaan pada catatan nasab tersebut mungkin hanya
kesalahan penyalinan saja, yang jelas kedua nasab tersebut membenarkan
bahwa Muhammad Arsyad Al Banjari adalah seorang keturunan Rasulullah,
yang secara otomatis menyatakan bahwa yang mulia Guru Sekumpul juga
seorang habib ber fam Al-Idrus (Al-Aydrus).
Lalu mengapa Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari tidak menyertakan fam Al-Idrus (Al-Aydrus)
dibelakang nama beliau?. Keterangan yang saya dengar langsung dari
Guru Sekumpul dalam pengajian beliau, bahwa penyembunyian Nasab itu
bertujuan untuk menghindari penjajah Belanda yang katanya pada waktu itu
mengincar setiap orang yang didirinya mengalir darah Rasulullah.
[1] (1). Syajaratul Arsyadiyah, Mathba’ah Ahmadiyah Singapura,
oleh Abd Rahman Shiddiq (Tuan Guru Sapat, Mufti Kesultanan Indragiri)
Cetakan I. Tahun 1356 H. (2). Syeikh Muhammad Arsyad Al Banjari Pengarang Sabilal Muhtadin, oleh Abdullah Hj W. Moh. Shagir, Khazanah Fathaniyah, Kuala Lumpur, Tahun 1990. (3). Maulana Syeik Muhammad Arsyad Al Banjari,
oleh Abu Daudi, Dalam Pagar, Martapura. Cetakan Tahun 1980, 1996, dan
2003. — Saya tidak membaca langsung dari ketiga kitab tersebut, hanya
menyalin dari Wikipedia —
[2] Tanpa Nama, Silsilah Siti Fatimah (Salatiga: tanpa penerbit, 1992) 1. Dalam “THE INFLUENCE OF MUHAMMAD ARSYAD AL-BANJARI ON THE RELIGIOSITY OF BANJARESE SOCIETY” oleh M. Rusydi (Alumni UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta)Sumber : http://arisandi.com/
Subscribe to:
Posts (Atom)
Blog Archive
-
►
2015
(1)
- ► 10/25 - 11/01 (1)
-
►
2014
(30)
- ► 11/02 - 11/09 (1)
- ► 10/19 - 10/26 (29)
-
▼
2013
(38)
- ► 07/07 - 07/14 (1)
- ► 05/19 - 05/26 (6)
- ▼ 05/12 - 05/19 (2)
- ► 04/28 - 05/05 (25)
- ► 04/14 - 04/21 (2)
- ► 03/24 - 03/31 (1)
- ► 01/20 - 01/27 (1)
-
►
2012
(104)
- ► 12/23 - 12/30 (52)
- ► 10/28 - 11/04 (2)
- ► 09/30 - 10/07 (2)
- ► 09/16 - 09/23 (8)
- ► 08/19 - 08/26 (6)
- ► 08/12 - 08/19 (3)
- ► 08/05 - 08/12 (31)
Categories
- Ad Durun Nafis (17)
- Al Hikam (4)
- Amalan (5)
- Berbakti (4)
- Cinta (19)
- Hakekat (32)
- Hikayat (49)
- Intisari (26)
- Jaswan Kabir (1)
- Kisah (7)
- Kitab (37)
- Medang (1)
- Motivasi (6)
- Musik (3)
- Pasrah (8)
- Pendidikan (16)
- Perumpamaan (20)
- Profil (5)
- Rumi (2)
- Sajak (30)
- Sirrul Assrar (27)
- Sufi (82)
- Tauhid (39)
- Tauladan (10)
- Teori (38)
- Tokoh (9)
- Yatim (1)
Followers
Entri Populer
-
NUR MUHAMAD Beliaulah yang mula mula sekali menyatakan bahwasanya kejadian Alam ini pada mulanya ialah dari pada “HAKIKATUL MUHAMMADIYAH” ...
-
Kyai Haji Muhammad Zaini Abdul Ghani atau Syaikhuna al-Alim al-Allamah Muhammad Zaini bin al-Arif billah Abdul Ghani bin Abdul Manaf ...
-
Al-Mursyid Syekh Mufti Pangeran Panghulu Nata Agama Al-Habib Shohibul Faroji Azmatkhan Al-Hafizh (Mursyid dan Mufti Besar Kesult...
-
Ketahuilah penjelasan alif, arti dari alif, asal alif adalah titik. Titik adalah atomik, sedangkan atom adalah ruh lembut. Arti dari ruh ...
-
Salah satu permata Kalimantan pada jaman dulu adalah Syekh Muhammad Nafis Al-Banjari lahir sekitar tahun 1150 H (1735M) di Martapura ...
-
Martabat Tanazzul pada tingkat-tingkat berikut ini . 1. Alam Arwah. Pada tingkat inilah terhimpun dan terhampar luas sega...
-
Ki Hadjar Dewantoro RUMUSAN TUJUAN PENDIDIKAN: 1. Pada UUD-1945 Dalam pembukaan undang-undang dasar 1945, sesudah menyatakan ...
-
Dalam deretan ulama Banjar, nama Syeikh Muhammad Nafis al-Banjari tak kalah masyhur dibanding Syeikh Muhammad Arsyad al-Banjari. Kalau Muha...
-
dalam bahasa sunyi cinta yang bicara adalah perilaku bukan kata aku memang berpuitis tetapi ku lebih takjub kepada peristiwa melebihi...
-
Hakikat Dzat pada Sifat Allah .Sebelum melanjutkan membaca dan memahami kajian Hakikat Zat Pada Sifat Allah pada bagian ini, per...
About Me
- masangga
Powered by Blogger.